Pages

Rabu, 02 Desember 2009

Perjalanan ke Hongkong
Sistem Berjalan, Bisnis Pun Berkembang


Rabu, 2 Desember 2009 10:07 WIB
Laporan wartawan KOMPAS.com Caroline Damanik


HONGKONG, KOMPAS.com — Tak ada yang dipuja-puja para pengusaha di Hongkong selain sistem yang nyaman untuk mengembangkan bisnis di Hongkong. Seperti apa sistem yang bekerja di kota administratif Republik Rakyat China ini?

Allen Zeman, pendiri arena hiburan Lan Kwai Fong, mengatakan, kepercayaan antara pemerintah, pengusaha, dan masyarakat mengambil peranan penting dalam pengembangan bisnis di Hongkong. "Saya percaya (mengembangkan bisnis di Hongkong) karena sistem bekerja. Orang-orang percaya pada apa yang pemerintah lakukan. Saya tahu apa yang akan terjadi di masa depan," tuturnya di kantornya di California Tower 30-32 D'Aguilar Street Central Hongkong, Selasa (1/12).

Zeman mengatakan, ada hubungan timbal balik yang diberikan pemerintah China dan Hongkong sebagai bagian dari China. Pemerintah sangat mendukung pengembangan bisnis di Hongkong dan Hongkong memberikan efek perekonomian yang besar bagi China. "Hongkong akan terus kuat karena China terus berubah. Hongkong membantu China untuk terbuka, China juga begitu membantu Hongkong," lanjutnya.

Ke depan, Zeman menilai integrasi dan koordinasi yang diprakarsai pemerintah antara Hongkong dan Guangzhou sebagai dua pusat perdagangan penting di China akan menjadi kekuatan yang besar untuk China. Sebagai pelaku bisnis properti di Hongkong, Zeman juga memuji upaya pemerintah yang sangat peduli dengan infrastruktur sebagai pendukung utama bisnisnya. Bahkan, Zeman mengatakan, segala sesuatu mudah dilakukan di Hongkong karena segala sesuatunya lengkap disediakan pemerintah.

Pendiri dan pemimpin Crown Wine Cellars Gregory De'Eb juga mengalami hal yang sama. Menurut De'Eb, dukungan pemerintah benar-benar nyata baginya ketika ditetapkan zero wine tax. "Pemerintah tak hanya soal kebijakan dan regulasi, tapi menjadi fasilitator gagasan bisnis serta jaringan dan kerja sama," ujarnya dalam salah satu sesi dalam The 10th Hongkong Forum, Rabu (2/12).

De'Eb mengatakan, informasi sangat mudah diperoleh di Hongkong dan yang terpenting, pemerintah daerah Hongkong dan pemerintah China dikenal sebagai salah satu pemerintah yang paling transparan di dunia.

"I love energy in Hongkong!"

Selain sistem yang berjalan baik, Zeman mengatakan, gaya dan budaya bisnis di Hongkong memiliki energi yang unik. Bisnis menjadi gaya hidup di tempat ini, mulai dari produksi hingga konsumsi. "Saya menyukai energi di sini. Sebelumnya saya tinggal di Kanada. Di Kanada tak banyak pajak. Di Hongkong jumlah pajak besar tapi di sini saya mencintai energinya," ujar Zeman.

Zeman mengatakan, dirinya langsung jatuh cinta ketika tiba di Hongkong dan mempertimbangkan untuk menjadikan Hongkong sebagai rumahnya. Dia memegang pemikiran ini sampai sekarang. De'Eb juga "terpana" dengan budaya dan gaya bisnis di Hongkong. Sejak 2001, kompetisi tidak berlaku lagi. Semua pihak saling mendukung untuk kemajuan ekonomi China dan Hongkong pada khususnya. "Hongkong juga terkenal dengan perilaku bisnis yang etis dan baik. Sangat menghargai dedikasi, standar profesional internasional, dan tidak menolerir kemalasan," katanya.


KOMPAS.com Caroline Damanik

Editor: wsn
Komunitas Djadoel, dari Hobi ke Bisnis
Minggu, 15 November 2009 16:16 WIB


KOMPAS.com – Dalam suatu mimpi, Yanuar Christianto (39) datang ke sebuah toko mainan. Secara fisik, bangunanya sama sekali tidak menarik. Berdebu dan kotor. Hal serupa juga tampak dari mainan yang dijual, layaknya dagangan yang tak kunjung laku.

Ketika mentari telah bersinar, tanpa menghiraukan mimpinya, ia berkeliling Jakarta dengan sepeda motornya. Arah mana yang ia tuju hasil dari bisikan hatinya. Berjalan dan terus berjalan, melewati Jalan Gajah Mada lalu ke Jalan Hayam Wuruk, dan terus menuju ke Utara. Sampai di suatu tempat, yang ia sendiri tidak tahu di mana, Yanuar kaget tak terkira.
Saat ia memberhentikan motornya untuk istirahat, dan menoleh ke kiri, tampak olehnya toko mainan yang ada dalam mimpinya.
Masih dengan rasa tidak percaya, Yanuar mengayunkan langkah menuju toko tersebut. Belum sempat ia bersuara, matanya telah menangkap kardus lusuh berisi mainan-mainan. “Saya borong semuanya. Ini terjadi pada akhir tahun kemarin,” kata Yanuar, kolektor mainan, kepada Kompas.com dalam kesempatan Atraksi Kota Tua di Taman Fatahillah Jakarta, Minggu (15/11).
Yanuar adalah salah satu anggota Komunitas Djadoel, komunitas pencinta barang antik, yang berdiri pada Mei 2009. Ia mengaku laki-laki yang kesehariannya bekerja sebagai waitress di Kapal Pesiar berbendera Italia ini dari umur 5 tahun gemar mengumpulkan barang. Didukung pekerjaannya, koleksinya berasal dari banyak negara seperti Italia, Malta, Spanyol, Perancis, Inggris dan Jerman. “Kalau di jalan saya menemukan skrup atau baut, saya bawa pulang dan ditaruh dalam kotak korek api. Sampai banyak,” papar Yanuar.

Anggota komunitas lainnya, Muchlis Amir (57) juga mengumpulkan barang antik bermula dari hobi. Dari sekian banyak barang, ia memilih kalender untuk dikoleksi. Dalam perjalana waktu, kalender koleksinya yang mulai tahun 1940-1980 banyak dicari orang. "Mereka ingin tahu hari lahirnya kapan. Juga apakah bertepatan dengan hari besar (agama maupun nasional). Di kalender juga ada hari pasaranya,” ujar pensiunan pekerja swasta ini.

Lebih lanjut, anggota komunitas ini tidak sekadar mengumpulkan barang. Tetapi juga menjualnya, karena pasar untuk barang-barang antik cukup menjanjikan. Menurut Daniel Supriyono, Ketua Komunitas Djadoel, meski barang jadul, namun pemeblinya tidak hanya orang-orang berumur, tepai anak baru gede dan juga anak-anak kecil pun menjadi pasar. “Anak kecil suka pada mainan. ABG yang ingin bergaya jadul beli kaca mata berlensa gede. Sedangkan Kakek nenek (selain) nostalgia juga diberikan untuk cucunya untuk memperkenalkan barang pada zamannya” tutur Daniel yang juga wartawan Nova, kelompok Gramedia Majalah.

Baik Yanuar, Muchlis maupun Daniel sama-sama memahani jika sebagaian orang keberatan kalau barang antik mahal. Padahal hanya barang “bekas.” Menurut Daniel, mencari untung wajib hukumnya saat menjual barang koleksinya. Tapi perhitungan untung tersebut bukan sekadar nilai ekonomi tetapi perjuangan mendapatkannya dan nilai kesejarahannya. “Untung harus berlebih karena barangnya tidak selalu didapat. Mahal itu sebagai penghibur saat kami menyerahkan barang yang sulit didapat dan kami miliki,” tuturnya.

Orang-orang yang tergabung dalam komunitas Djadoel ini sebenarnya bisa dikatakan sudah mapan. Ada yang bekerja di perusahaan media, bengkel mobil, designer grafis dan ada juga di departemen keuangan. Selain itu tidak semua barang koleksi mereka dijual. "Laku syukur, gak ya gak apa-apa," ucap Daniel.

Masing-masing kolektor memilih barang tertentu untuk dikoleksi, seperti buku, iklan film, jam weker, (bungkus) rokok, kalender, mainan, fashion, perabotan rumah tangga, kacamat, kaset sampai ke aksesoris sepeda ontel. Kategori antik jika barang yang bersangkutan paling muda tahun 1980. Untuk harga, misalnya komik lokal Rp 20.000, gelas PRJ 1979 dihargai Rp 35.000, kacamata Rp 100.000 dan iklan film Rp 50.000. Adapun untuk mainan, sebagaimana dijual Yanuar mulai dari Rp 50.000 – Rp 200.000. “Yang saya koleksi sendiri, tahun 2007 saya beli mainan robot Jepang Rp 200.000. Setelah saya cek di internet ternyata sekarang harganya 1.000 dollar AS,” aku Yanuar.

Para kolektor ini tidak pernah menyangka hobinya mengumpulkan barang yang sebagian besar orang menganggapnya sampah ternyata memiliki nilai ekonomi. Lebih dari itu, ketekunan mereka membuat rantai sejarah bangsa terus turun dari generasi ke generasi. Setidaknya, mulai dari keluarga merekalah rantai itu diteruskan untuk memupuk rasa cinta dan bangga pada tanah air karena bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarahnya. “Anak saya, sering saya ajak ke museum dan galeri. Juga saya ajak untuk gemar membaca,” pungkas Yanuar.


ONE

Editor: Edj
SECONDHAND SERENADE LYRICS

"Your Call"

Waiting for your call, I'm sick, call I'm angry
Call I'm desperate for your voice
Listening to the song we used to sing
In the car, do you remember
Butterfly, Early Summer
It's playing on repeat, Just like when we would meet
Like when we would meet

Cause I was born to tell you I love you
And I am torn to do what I have to, to make you mine
Stay with me tonight

Stripped and pollished, I am new, I am fresh
I am feeling so ambitious, you and me, flesh to flesh
Cause every breath that you will take
When you are sitting next to me
Will bring life into my deepest hopes, What's your fantasy?
(What's your, what's your...)

Cause I was born to tell you I love you
And I am torn to do what I have to, to make you mine
Stay with me tonight

And I'm tired of being all alone, and this solitary moment makes me want to come back home
[X4]
(I know everything you wanted isn't anything you have)

Cause I was born to tell you I love you
And I am torn to do what I have to, to make you mine
Stay with me tonight

Cause I was born to tell you I love you
And I am torn to do what I have to, to make you mine
Stay with me tonight
(I know everything you wanted isn't anything you have)



[Thanks to Kate Smith for these lyrics]

[ SECONDHAND SERENADE LYRICS at www.AZLyrics.com ]